Mu'asis Lirboyo

KH. ABDUL KARIM SANG MU'ASIS PONDOK PESANTREN LIRBOYO


MONDOK DI PESANTREN SYAKHINA KHOLIL MADURA

Manab merupakan nama kecil dari KH. Abdul Karim Lirboyo sang muassis, mbah manab adalah santri yang sangat haus akan ilmu. Beliau menimba ilmu pada KH. Kholil bankalan madura selama 23 tahun, rasanya santri mulai dulu sampai sekarang tidak ada yang belajar selama itu. Selama beliau nyantri di pondok syakihina Kholil Bankalan madura beliau tirakat dengan makan mengkudu baik buah maupun daunnya, tirakat ini semenjak beliau lakukan beliau mulai saat masuk pondok pesantren asuhan Syaikhina Kholil yang berawal dari hasil panen yang diminta oleh Syaikhina untuk dibuat maka ayam beliau (terkait ayam entah ayam beneran apa tidak wallahu'alam). Ulen gabah yang dibawa merupakan hasil upah derep (upah hasil kerja berupa padi) dari petani sekitar, beliau membawa sambil menyebrangi laut maudara, sesampai di pondok ketika Syailhona melihatnya padi itu ditukar dengan pohon mengkudu yang beliau makan selama berada dipesantren Syakhina Kholil.

Walaupun beliau sudah berada di pondok manab muda belum di izinkan oleh Syaikhina Kholil ngaji, dan baru setelah 6 bulan beliau di panggil Syaikhina Kholil untuk ikut ngaji. Meski mbah Manab belum diizinkan untuk ngaji tetapi beliau masih semangat untuk belajar, sikap tersebut merupakan bukti ketawadlu'an seorang santri pada gurunya, andaikan itu berlaku pada murid-murid saat ini maka mereka langsung berontak.

Mbah Manab selama hidupnya tidak pernah merasa kenyang, bahkan ketika menjadi santri syaikhina Kholil sering beliau pingsan lantaran tidak makan. Walaupun sering lapar tidak menyurutkan niat beliau untuk mencari ilmu. 

Setelah 23 tahun beliau di suruh pulang oleh Syakhina Kholi dengan alasan ilmu beliau telah dihabiskan oleh manab. Dalam catatan sejarah tidak ada santri yang di suruh pulang oleh kiyainya lantaran ilmunya habis kecuali santri yang bernama manab ini.

MONDOK DI PESANTREN KHADROTUS SYAKH HASYIM AS'ARI

Setelah boyong dari pondok Syaikhina Kholil, beliau Kiyai Abdul Karim/manab bingung hendak pulang kemana karena sudah lama tidak pulang, akhirnya beliau ingat sama teman waktu masih nyantri dibawah asuhan Syakhina Kholil Bankalan Madura yang bernama Syakhina Hasyim As'ari sang pendiri NU, akhirnya beliau memutuskan untuk menemui temannya itu sekaligus ikut mondok disana. Beliau Kyai Abdul Karim mondok di pesantren Khadrotus Syaikh Hasyim Asy'ari selama 7 tahun, selama di pesantren banyak santri yunior yang minta belajar pada Kiyai Abdul Karim, beliau senantiasa mengajari dengan sabar, dan ikhlas, selama santri-santri belajar sedikit-sedikit ada yang menyelipkan uang dibawah tempat tidur Kiyai Abdul Karim. Para santri menyelipkan kebawah tempat tempat tidur beliau lantaran beliau tidak mau menerima pemberian. Maka ketika beliau boyong ditemukan banyak uang dibawah tempat tidur KH. Abdul Karim yang tidak diketahui oleh beliau karena selama itu beliau tidak pernah membuka termpat tidurnya itu.

Mengetehui usia beliau temannya itu sudah 50 tahun, Khadrotus Syakh Hasyim Asy'ari ingin mencarikan jodoh KH. Abdul Karim, beliau Khadrotus Syakh Hasyim Asy'ari ingat kalau sahabatnya yang bernama KH. Sholeh dari banjar melati Kota Kediri memiliki anak gadis, seketika itu beliau meminta putrinya untuk di jodohkan pada Kiyai Abdul Karim. Saat putri KH. Sholeh yang bernama Nyai Khodijah (Dlomroh) dinikahkan dengan Kiyai Abdul Karim usianya baru 24 tahun.

MENDIRIKAN PONDOK PESANTREN LIRBOYO

Kiyai Abdul Karim setelah dinikahkan pada putri KH. Sholeh yang bernama Nyai Khotijah (Dlomroh), beliau pindah di desa yang bernama LIRBOYO. Perpindahan tersebut karena dorongan dari mertuanya yaitu KH. Sholeh dengan harapan dengan menetapnya Kiyai Abdul Karim islam bisa syiar dimana-mana, selain itu juga karena permintaan kepala desa Lirboyo yang minta pada KH. Sholeh untuk menempatkan menantunya (Kiyai Abdul Karim) di desa Lirboyo.
Desa Lirboyo konon merupakan desa yang banyak orang abangan, pemabuk, dll. selain itu desa itu sangat angker karena banyak di huni jin (tanah yang baunya wangi biyasanya banyak jinnya).
Ketika KH. Sholeh mengantarkan Kiai Abdul Karim untuk menetap di Lirboyo, beliau kemudian mengadzani tempat tersebut, semalam penduduk Lirboyo tidak bisa tidur lantaran perpindahan makhluk halus yang lari tunggang larang, makhluk halus yang berupa jin tadi ditaruh pada tempat yang bernama mbuthong (nama dari sebuah kerajaan jin). Dalam rangka 
menjaga orang jahat beliau KH. Sholeh menyuruh putranya yang bernama Kiyai Ya'qub untuk menemani Kiyai Abdul Karim. Dan tiga puluh lima hari setelah menempati tanah tersebut, beliau mendirikan suarau mungil nan sederhana yang menjadi cikal bakal pondok pesantren Libroyo bertepatan dengan tahun 1910.

Santri pertama Kiyai Abdul Karim adalah seorang bocah yang bernama Umar asal Madiun, kedatangannya disambut baik oleh Kiyai Abdul Karim karena kesatangan musyafir ini untuk mencari ilmu. Selama nyantri Umar sangat ulet dan telaten. Ia benar-benar taat pada kiyai, demikian perjalanan Umar selama di pondok Lirboyo.

Selang beberapa waktu ada tiga santri yang menyusul Umar. Mereka dari Magelang, yaitu daerah Kiyai Abdul Karim. Santri tersebut bernama Yusuf, Shomad, dan Sahil, kemudian diikuti juga dua santri yang bernama Syamsudin dan Maulana, keduanya dari Gurah kota Kediri.

Sedikit demi sedikit santri pada berdatangan sehingga sampa saat ini santri Pondok LIRBOYO berjumlah lebih dari 26 ribu santri, itu semua karena keikhlasan beliau selama mondok.

KH. Abdul Karim wafat pada tanggal 21 Ramadhan bertepatan tahun 1954 M


KAROMAH KH. ABDUL KARIM

Dengan bertambahnya santri dan tidak adanya alat elektronik tidak menyurutkan santri untuk belajar, berkah pertolongan Allah santri yang ngaji di tempat yang sangat jauh dari tempat ngaji bisa mendengarkan padahal beliau KH. Abdul Karim ngajinya dengan suara biasa, itulah di antara karomah beliau.

Semoga kita di akui menjadi santri beliau
Pada beliau KH. Abdul Karim, Alfatiha ...

Penulis
Achmad Ulinnuha
Santri pon.pes. Lirboyo

Comments

SERING DI BACA

PANDANGAN FIKIH PADA FENOMENA REPLIKA DALAM TAKBIR KELILING

PEMBAGIAN DAGING QURBAN UNTUK ORANG MENINGGAL

KH. Mas Dain Amin pendiri madrasah BANAT NU

QURBAN DENGAN NIAT BERBEDA

PPYUR DAN HARI SANTRI

Madrasahku surgaku

Hukum menitipkan amplop buwoh

Mengenal Aswaja

Melestarikan jam'iyyah Al-Qur'an dizaman akhir

Ulama' Kharismatik Kudus wafat